beranda

Home | Profil | Tentang Hati | Motivasi | komputer | History | MP3 ku

Jumat, 19 Maret 2010

Nafas - nafas ikan



Sandiwara

ada sebuah desa, namanya desa Manding.Dipinggir desa itu terbentang
sawah yang luas. tanaman padi mulai menghijau. di sela - sela tanaman
padi itu, di pelihara ikan mujair dan nila. Kisah ini terjadi di sawah
itu.
(terdengar bunyi kentongan : tok...tok..tok..)

Dalang : sahabat - sahabatk, selamat berjumpa. sekarang aku menjadi
dalang cerita.Ini tugas tambahan. Tugas utamaku sebagai lurah desa.
(berjalan berkeliling, kedua tangandi belakang punggung,berlagak)
Pantas tidak aku sebagai lurah? sahabat - sahabatku, aku punya
cerita menarik, maukah kalian menyaksikanya?(bunyi kentongan tok.. tok.
tok...)
Dalang : di pinggir desaku, terbentang sawah yang sangat luas. sawah
itu di airi dari sungai yang di bendung. setahun kami bisa panen padi
tiga kali. Tapi hidup orang - orang di desaku tidaklah makmur. maklum,
harga padi atau beras murah... Untuk beli baju, misalnya, kami harus
jual padi banyak sekali.
Dalang : (bunyi kentongan tok.. tok.. tok..) nasib kami bertambah baik
ketika kami memelihara ikan di antara tanaman padi, Tapi kesulitan baru
sering muncul dalam pembagian air. Semua petani ingin dapat jatah air
yang banyak. sebab, ikan membutuhkan banyak air. (ikan - ikan bergerak
kesana kemari sambil bercakap - cakap)

Mujair 1 : kawan, air sudah panas. padahal matahari baru sepenggalah
tingginya
Mujair 2 : benar.. aku akwatir kalau matahari mencapai puncak langit
dan air semakin panas, banyak di antara kita akan mati.
Nila 1 : kita mesti lapor ke pak tani, pemilik sawah ini, kita kekurangan
air. sawah ini harus di airi terus.
Nila 2 : akau heran, kawan... setiap malam, sawah ini di airi sampai
penuh. belum terlalu siang begini, air tinggal separo.
Mujair 1 : aiklah aku akan lapor kepada Pak Tani, sekarang kalian pergi
dulu berteduh. di sana ada naungan phon pisang, jangan berteduh di bawah
rumpun padi. padi ini masih kecil, kurang teduh.
Pak Tani : heran... bapak.. semua pematang sudah bapak periksa, tak ada
yang bocor, tapi, air sawah kita cepat habis...
Anak Pak Tani : pak, kita periksa sekali lagi. bapak kearah sana, aku
ke arah sini. (keduanya berjalan berlawanan arah. membungkuk - bungkuk
memeriksa pematang. tak berapa lama, si anak berjongkok mengarahkan
matanyake tengah sawah.)
anak : pak , pak! ke sini!
Pak tani : iya..(keduanya berdiri berpikir keras. si anak kemudian
menunjuk ke sawah orang lain.)
anak : pak aneh ya, sawah pak abu ini penuh air. padahal, tak ada
pematang sawah kita yang bocor. aku curiga gerakan air itu pak.
pak tani : kia lihat ! (pak tani turun kebawah menuju ke rumpun
adi tempat air memusar. terlihat dia membungkuk, meraba,mencari
sesuatu di samping rumpun padi itu). Mus, lihat! ada selang plastik
di sini,air tadi masuk ke selang ini.
anak : Trik pak!
pak tani : (pak tani menarik dan mengankat selang plastik yang tertanam
di bawah lumpur sawah). lho kok menuju ke sawah pak abu. wah, di pendam
dalam sekali di bawah pematang. mus, kamu turun kesawah pak abu, itu
ketempat air yang keruh itu.
anak : (anak turun ke sawah pak abu, membungkuk mencari - cari sesuatu)
pak dapat pak! ini ujung selang plastik itu! (memperlihatkan ujung plastik
ke pada ayahnya)
pak tani : kurang ajar! rupanya si abu yang mencuri air sawahku!
(pak tani menuju pematang, mengambil arit, dan berlari sambil berteriak)
abu belum tahu tajamnya airku!
anak : pak jangan pak! pak..! (teriakan keras dan panjang)
dalang : (dalang bangkit dan berdiri, berjalan pelan sambil bicara,
bunyi kentongan : tok..tok.. tok..) nah, sebagai lurah, aku yang repot
aku harus menangani pencurian air sawah itu. kawan, apakah kamu punya saran?
apakah yang harus aku lakukan terhadap si abu? (tok.. tok.. tok..!!)


sumber : lancar berbahasa Indonesia 2.kelas 4
1993.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar